Beranda | Artikel
Jangan Bunuh Diri: Sebuah Panggilan untuk Menemukan Kembali Harapan dalam Islam
1 hari lalu

Hidup di dunia ini penuh dengan ujian dan cobaan. Setiap insan pasti pernah mengalami masa-masa sulit, bahkan terkadang merasa dunia ini begitu berat untuk dijalani. Ketika menghadapi rasa sakit, kesedihan, atau rasa putus asa, pemikiran untuk mengakhiri hidup bisa datang menyapa. Namun, sebagai seorang muslim, kita diajarkan bahwa hidup adalah anugerah yang sangat berharga, dan setiap cobaan yang datang adalah bagian dari takdir Allah yang penuh hikmah.

Dunia ini bukanlah tempat yang sempurna. Adanya hambatan dan rintangan menunjukkan bahwa kita masih ada dan bernafas di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Ayat ini menunjukkan bahwa hidup di dunia penuh dengan ujian. Masalah dan kesulitan adalah bagian dari takdir yang diberikan Allah untuk menguji sejauh mana keteguhan iman kita dan bagaimana sikap kita menghadapi kesulitan tersebut.

Allah Ta’ala berfirman,

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2)

Kehidupan dunia adalah tempat bagi setiap umat manusia untuk diuji. Jika kita tidak diuji dengan masalah, kita mungkin tidak akan tahu sejauh mana kekuatan dan kesabaran kita. Tanpa ujian, kita tidak akan dapat mengenal diri kita sendiri dengan baik, dan kita akan kehilangan kesempatan untuk berbuat baik dan memperbaiki diri.

Allah Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)

Hidup adalah anugerah dan bentuk kasih sayang dari Allah

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Imran: 191)

Setiap kejadian dalam hidup memiliki tujuan dan makna tertentu yang mungkin belum kita pahami pada saat itu. Namun, dengan sabar dan tawakal, kita akan melihat hikmah-Nya di balik setiap permasalan.

Mengakhiri hidup bukanlah jalan yang diajarkan dalam Islam. Allah melarang demikian karena rahmat dan kasih sayang-Nya yang begitu besar kepada setiap hamba-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan betapa indahnya kasih sayang Allah Ta’ala dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu,

ﻗﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺳﺒﻲ، ﻓﺈﺫﺍ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺒﻲ ﻗﺪ ﺗﺤﻠﺐ ﺛﺪﻳﻬﺎ ﺗﺴﻘﻲ، ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪﺕ ﺻﺒﻴﺎً ﻓﻲ ﺍﻟﺴﺒﻲ ﺃﺧﺬﺗﻪ، ﻓﺄﻟﺼﻘﺘﻪ ﺑﺒﻄﻨﻬﺎ ﻭﺃﺭﺿﻌﺘﻪ،

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya untuk menyusuinya. Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami,

ﺃﺗﺮﻭﻥ ﻫﺬﻩ ﻃﺎﺭﺣﺔ ﻭﻟﺪﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ

“Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”

Kami menjawab,

ﻻ، ﻭﻫﻲ ﺗﻘﺪﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻻ ﺗﻄﺮﺣﻪ

“Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”

Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﻟﻠﻪ ﺃﺭﺣﻢ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ

“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas menunjukkan kasih sayang Allah yang sangat besar dan tanpa batas kepada para hamba-Nya. Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa hidup kita adalah anugerah yang sangat berharga.

Harapan itu ada dalam setiap doa

Islam mengajarkan bahwa di saat-saat sulit, doa adalah salah satu sarana yang sangat kuat untuk meminta pertolongan kepada Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الدُّعَاءُ سِلاَحُ المُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ

“Doa adalah senjata kaum mukminin, tiang agama, serta cahaya langit dan bumi.” (HR. Abu Ya’la no. 439, Ibnu Adi dalam Al-Kamil, 7:374, Al-Hakim no. 1812. Lihat Silsilah Adh-Dha’ifah, hal. 179)

Dalam riwayat lain,

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

“Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah Maha Pemalu lagi Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa (tanpa memberi apa-apa).” (HR. Abu Dawud no. 1488, At-Tirmidzi no. 3556, Ibnu Majah no. 3865, dan Ibnu Hibban no. 876. Dinilai sahih oleh Ibnu Hibban, Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 11:147.)

Doa adalah bentuk kepasrahan dan harapan kita kepada Allah. Tidak ada keadaan yang terlalu sulit bagi Allah. Dalam setiap doa, kita diberikan kesempatan untuk memohon ampunan, petunjuk, dan kekuatan dari-Nya. Jika Anda merasa putus asa, ingatlah bahwa Allah selalu ada untuk mendengarkan keluh kesah dan doa kita. Dialah yang memberikan jalan keluar bagi setiap permasalahan.

Setiap ujian adalah jalan menaikkan derajat seorang mukmin

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,

إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ

Jika Allah mencintai suatu kaum, maka mereka akan diuji. (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3: 302. Lihat Shahih Al-Jami’ no. 285.)

Ujian yang datang tidak mesti sebagai hukuman, melainkan proses untuk mendewasakan, menguatkan iman, dan mendekatkan diri kepada Allah. Ketika rasa sakit datang, ingatlah bahwa setiap ujian adalah ladang pahala yang akan menghapus dosa dan membawa kita lebih dekat kepada-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan, penyakit (yang terus menimpa), kehawatiran, kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari)

Dari hadis tersebut, dapat kita ketahui bahwa ujian dan masalah bukan hanya cara Allah menguji kualitas keimanan dan kesabaran kita, tetapi juga sebagai cara untuk membersihkan diri kita dari dosa. Dengan sabar dalam menghadapi ujian, kita tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

Setiap masalah dan ujian yang kita hadapi juga berfungsi untuk memperkuat iman kita. Seiring waktu, kita akan belajar untuk lebih sabar, lebih tabah, dan lebih percaya bahwa setiap ujian pasti ada jalan keluarnya.

Allah tidak membiarkan hamba-Nya sendirian

Salah satu hal yang paling menghibur hati adalah mengetahui bahwa kita tidak pernah sendirian dalam setiap kesulitan yang kita alami. Allah selalu bersama hamba-Nya yang beriman dengan memberikan kemudahan dan jalan keluar.

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5)

Dalam ayat yang lain,

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Allah memberikan kita kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan, bahkan di saat kita merasa tak sanggup lagi melewatinya.

Kehidupan di dunia tidak kekal, masalah pun sementara

Ujian mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak kekal. Hanya Allah yang Mahakekal. Kehidupan dunia ini bukanlah tujuan akhir karena dunia adalah tempat kita mengumpulkan amal ibadah untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Setiap masalah yang datang adalah bagian dari ujian hidup yang sementara.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا مَتَٰعٌ وَإِنَّ ٱلْءَاخِرَةَ هِىَ دَارُ ٱلْقَرَارِ

“… Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Al-Mu’min: 39)

Masalah dan ujian yang kita hadapi di dunia ini adalah bagian dari perjalanan menuju akhirat. Setiap kesulitan yang kita hadapi akan berlalu, dan sebagai muslim, kita meyakini bahwa ada kebahagiaan yang lebih besar di akhirat bagi mereka yang sabar dan bertakwa.

Jangan pernah menyerah, karena Allah selalu memberi harapan di setiap langkah.

***

Penulis: Arif Muhammad Nurwijaya, S.Pd.


Artikel asli: https://muslim.or.id/101553-jangan-bunuh-diri-sebuah-panggilan-untuk-menemukan-kembali-harapan-dalam-islam.html